Senin, 04 Oktober 2010
Asap Knalpot Bisa Picu Bunuh Diri
Jangan remehkan dampak polusi udara. Tak hanya membuat kita sulit bernafas. Partikel dalam zat pencemar udara ternyata bisa meningkatkan risiko bunuh diri.
Sebuah studi di tujuh kota di Korea Selatan mengungkap kaitan signifikan antara partikel polusi dan tingkat bunuh diri. Bunuh diri adalah masalah besar di Korea Selatan. Pada 1996, 14 per 100.000 penduduk Korea menghabisi dirinya sendiri.
Angka itu melonjak pada 2006, di mana 23 orang dari 100 ribu warga Korsel bunuh diri. Ini kenaikan paling signifikan di negara maju.
Untuk menyelidiki peran polusi, tim Peneliti Universitas Yonsei, Seoul yang dipimpin Chang Soo Kim menghubungkan catatan 4.000 kasus bunuh diri dengan pengukuran polusi yang disebabkan partikel udara PM 10 -- partikel polusi berdiameter 10 mikrometer atau kurang, termasuk jelaga yang keluar dari knalpot.
Tim menemukan bahwa bunuh diri makin banyak terjadi dua hari pasca lonjakan polusi. Ditemukan bahwa, 9 persen orang yang bunuh diri menyusul lonjakan polusi sekitar 50 persen dari catatan sebelumnya.
Sementara, untuk orang dengan penyakit kardiovaskuler -- yang juga disebabkan polusi udara -- mengalami peningkatan hampir 19 persen.
Keterlibatan polusi udara, tak hanya membuat penderita gangguan pernafasan bertambah parah, atau jumlahnya makin banyak. Tapi, para penderita makin tertekan kejiwaannya. Penelitian Kim juga menunjukkan, partikel PM10 juga dapat menyebabkan peradangan saraf, mempengaruhi kesehatan mental dan juga mekanisme biologis manusia.
Studi oleh tim peneliti Korea berkaitan dengan penelitian tim dari Khaohsiung Medical University, Taiwan pada akhir 1990-an.
Tim yang dipimpin Ying-Chin Ko menemukan bahwa tingkat polusi udara yang tinggi berkaitan dengan penyakit asma 'massal' yang diderita lebih dari 160 ribu anak-anak sekolah di Taiwan.
Menindaklanjuti penelitian itu, para peneliti menemukan bahwa ringkat bunuh diri penderita asma dua kali lipat lebih tinggi. Makin parah gejala yang dimiliki, makin tinggi risiko bunuh diri.
Secara terpisah, David Callahan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat mengatakan, para peneliti baru-baru ini meneliti hubungan antara penyakit pernafasan dan kesehatan mental.
Tahun lalu tim yang dipimpin Callahan menemukan bahwa, 7,5 persen penderita asma menderita penyakit mental serius, sementara 'hanya' 3 persen orang mengalami gangguan mental serius dari populasi secara keseluruhan.
Ini harus jadi perhatian. Kata Callahan orang dengan depresi diketahui lebih buruk dalam mengelola penyakit kronis. Ini berpotensial menyebabkan kemerosotan fisik dan mental.
"Sudah diketahui ada hubungannya, penyakit pernafasan dan kesehatan mental, kita harus bekerja untuk menemukan rantai sebab akibat dan mencari kesempatan untuk mencegahnya."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar